Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara agraris yang memiliki potensi memajukan pertaniannya menuju keadaaan yang lebih baik.  Berdasarkan data Departemen Pertanian, luas lahan sawah Indonesia mencapai 7,6 juta Ha. Potensi ini juga didukung oleh kekayaan komoditas dan kesuburan lahan yang sangat baik. Di tahun 2004, gaung  ini pun semakin membesar dengan pernyataan pemerintah bahwa Indonesia sudah mencapai swasembada beras. Selain itu pemerintah juga menargetkan swasembada pangan 2014 yang jika mengacu pada  FAO (Food and Agriculture Organization) diistilahkan sebagai ketahanan pangan (food security).

Kesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs) menegaskan bahwa pada tahun 2015, setiap negara diharapkan dapat menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990 (Statistic Division 2005). Di Indonesia, peningkatan ketahanan pangan telah menjadi salah satu program utama nasional sejak satu dasawarsa lalu. Hal ini membuktikan Indonesia memiliki komitmen kuat mendukung kesepakatan MDGs. Secara khusus, program peningkatan ketahanan pangan juga dimaksudkan untuk mendorong laju peningkatan kualitas sumber daya manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia hanya menempati urutan ke-112 dari 175 negara pada tahun 2003, merosot dari urutan ke-105 pada tahun 1999 (Irawan 2004).

Pangan dan gizi adalah sesuatu gabungan kata yang sulit dipisahkan, karena berbicara gizi haruslah menyangkut pangan dan bahan makanan, dan ini tidak berarti bahwa bahan pangan yang tidak bergizi menjadi tidak penting artinya, peningkatan produksi pangan haruslah dikaitkan dengan program kecukupan pangan dan gizi, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan nasional tetapi lebih difokuskan bagi seluruh golongan rawan pangan dan gizi tersebut ke lapisan masyarakat yang sangat memerlukan.

Mendapatkan makanan yang aman adalah hak azasi setiap orang. Namun Pada kenyataannya, belum semua orang bisa mendapatkan akses terhadap makanan yang aman. Hal ini ditandai dengan tingginya angka kematian dan kesakitan yang diakibatkan oleh Penyakit Bawaan Makanan (PBM). Secara umum PBM dapat diakibatkan oleh bahaya biologi dan kimia. WHO (2004) dalam laporannya menyebutkan bahwa angka kematian global akibat diare selama tahun 2002 adalah sebesar 1,8 juta orang. Angka kesakitan global karena PBM sulit sekali untuk diperkirakan. Selain diare, terdapat lebih dari 250 jenis penyakit karena mengkonsumsi makanan yang tidak aman. Terdapat beberapa konsekuensi yang ditimbulkan oleh PBM antara lain : gizi buruk, dan dampak sosioekonomi di masyarakat.

Tinggalkan komentar