Problem Solving Permasalahan Gizi

Ada tiga kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi rawan pangan dan gizi kronis.

  • Kebijakan jangka pendek meliputi:
  1. Pemberian bantuan pangan kepada rumah tangga rawan pangan berisiko tinggi
  2. Pengembangan paket bantuan sarana produksi pertanian, ternak dan pembiayaan
  3. Pengembangan usaha industri yang dapat memanfaatkan potensi sumber daya lokal khususnya hasil-hasil pertanian
  4. Pemberdayaan kelembagaan pangan dan gizi yang sudah ada di masyarakat.
  • Kebijakan jangka menengah mencakup:
  1. Peningkatan kapasitas lahan pertanian melalui perluasan areal dan atau peningkatan intensitas tanam
  2. Mendorong berkembangnya diversifikasi pertanian dan diversifikasi sumber usaha
  3. Pembatasan luas absentee land
  4. Meningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana untuk memperbaiki aksesibilitas wilayah
  5. Mengembangkan kesadaran sosial masyarakat dalam kegiatan penanggulangan masalah rawan pangan dan gizi.
  • Kebijakan jangka panjang, meliputi:
  1. Konservasi dan rehabilitasi daerah tangkapan dan resapan air
  2. Pengendalian laju pertambahan penduduk.

Adapun beberapa cara lain untuk meningkatkan ketahanan pangan yakni :

  1. Mendukung dan menerapkan peningkatan gizi pada bahan makanan pokok

Peningkatan gizi makanan, seperti melalui aturan penambahan yodium pada produksi garam atau dengan mengharuskan produsen untuk menambah sejumlah nutrisi mikro ke dalam produk makanan mereka, merupakan cara yang cukup efektif dalam meningkatkan standar gizi. Pemerintah telah melakukan hal ini dengan mendukung penggunaan garam beryodium dan peningkatan gizi tepung terigu. Akan tetapi kondisi gizi yang buruk masih merupakan persoalan   utama. Sebagai contoh sekitar 63 % wanita hamil dan sekitar 65-68 % anak dibawah 2 tahun menderita anemia disebakan karena kekurangan zat besi. Sementara itu lebih dari seperempat rumah tangga belum mengkonsumsi garam beryodium yang cukup. Pemerintahan baru dapat meningkatkan kondisi gizi masyarakat dengan mendorong dan menerapkan standar pemenuhan produksi pangan yang bergizi. Sebagai contoh, di beberapa daerah produksi garam oleh sejumlah produsen kecil lokal didukung oleh pemerintah setempat, sekalipun hasil produksinya masih belum memenuhi standar yodium nasional. Pemerintah pusat harus bekerjasama dengan pemerintah daerah, produsen serta konsumen, untuk mendapatkan cara yang efektif dalam menjamin pemenuhan gizi (meningkatkan kadar yodium) tanpa harus merusak pendapatan produsen lokal.

  1. Meningkatkan informasi mengenai gizi

Survei menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan gizi yang lebih baik menyiapkan lebih banyak gizi dan vitamin pada setiap makanan dalam rumah tangga. Pengetahuan ibu akan gizi tidaklah terkait erat dengan tingkat pendidikan formal mereka maupun tingkat pendapatan. Ini menunjukkan bahwa kampanye mengenai informasi tentang gizi dapat meningkatkan kualitas menu makanan. Apalagi ketersediaan bahan makanan yang bergizi pada pasar lokal, telah cukup meningkat. Di masa lalu jaringan posyandu merupakan salah satu jaringan yang paling efektif untuk memberikan informasi tentang gizi kepada kaum ibu, namun cakupan geografis dan kualitas penyampaian informasi gizi melalui posyandu kini mengalami penurunan. Sementara program revitalisasi posyandu perlu mendapat perhatian, terpantau adanya sejumlah kendala pada anggaran dan sumber daya manusia, terutama berkaitan dengan masalah desentralisasi. Selain itu, penyelenggara jasa informasi alternatif juga mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Sehingga tujuan untuk membangun kembali jaringan secara nasional yang pernah ada, seperti posyandu, mungkin bukan suatu hal yang tepat. Akan lebih baik jika penyampaian informasi sosial mengenai gizi menempuh jalur altenatif yang tersedia, khususnya melalui saluran televisi dan radio.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tentunya tidak saja berorientasi pemenuhan jumlah (dalam konteks kuantitas) tetapi haruslah juga berorientasi kepada pemenuhan mutunya (dalam konteks kualitas). Faktor yang menentukan kualitas produk pangan sebagai sumber bahan gizi diantaranya:

  1. Kandungan gizi, produk pangan tertentu akan mempunyai kandungan gizi yang berbeda dengan produk pangan yang lain. Kandungan gizi beberapa produk pangan di Indonesia sudah diketahui dan ditabelkan dalam daftar kompisisi bahan makanan.
  2. Penanganan pangan di Indonesia belum mencapai taraf yang diinginkan karena masih banyak bahan makanan hasil panen yang rusak baik pada saat penyimpanan atau pada saat pengangkutan. Makanan yang rusak karena aktivitas mikroorganisme tersebut dapat meracuni konsumen jika tidak disortir untuk dibuang. Cukup banyak bakteri dan jamur yang patogen dapat mencemari makanan yang dapat menginfeksi manusia dan dapat menimbulkan penyakit.
  3. Penyimpanan bahan makanan harus memenuhi syarat-syarat tertentu terutama bahan panganan yang mudah rusak.
  4. Pengawetan pangan yang bertujuan mengupayakan agar bahan makanan dapat bertahan yang lebih lama. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara pengalengan, melalui proses pendinginan, dipanaskan, diasinkan, serta dimaniskan atau menggunakan bahan pengawet. Namun Penggunaan bahan pengawet yang tidak memenuhi standar yang ditentukan akan membahayakan konsumen.

Pengolahan pangan, dalam pengolahan bahan pangan kita harus berhati hati agar bahan makanan tersebut tidak kehilangan sebagian dari zat gizi terutama vitamin. Sebab ada beberapa jenis vitamin yang mudah larut dalam air, selain itu ada beberapa zat gizi yang dapat rusak karena pemanasan dan penyinaran matahari.

Tinggalkan komentar