Permasalahan Pangan

Indonesia diprediksi akan mengalami krisis pangan pada 2017 atau 7 tahun mendatang bila melihat ketimpangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan lahan pangan yang makin tidak seimbang dewasa ini.
Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 sampai 1,5 persen, sementara luas lahan pertanian tidak mengalami penambahan, dikhawatirkan pada 7 atau 10 tahun nanti krisis pangan akan melanda negara ini. Pasalnya, berdasarkan proyeksi kebutuhan beras bangsa Indonesia pada 2009, diperlukan penambahan produksi beras sebanyak 1,8 juta ton atau setara dengan tiga juta ton gabah kering giling setiap tahun. Untuk itu diperlukan penambahan areal sawah seluas 600.000 hektar.

Permasalahan yang paling besar dialami bangsa Indonesia saat ini terletak pada sektor pertanahan, dengan kondisi negara sekarang mengalami keterbatasan sumberdaya lahan yang cocok untuk dikembangkan. Sempitnya lahan yang dimiliki petani dan masalah sengketa tanah, juga menjadi persoalan yang cukup besar dalam mengembangkan produksi pangan di Indonesia. Tahun 2007, produksi padi Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik karena berdasarkan Angka Ramalan III Badan Pusat Statistik (ARAM III BPS), produksi padi mengalami peningkatan menjadi 57,05 juta ton GKG atau naik sekitar 4,76 persen dibanding tahun 2006. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada pencapaian sasaran peningkatan produksi nasional 2007 yang ditargetkan sebanyak dua juta ton.

Kebutuhan lahan ini sebenarnya bisa saja dipenuhi bila tidak terjadi konversi lahan pertanian ke peruntukan lain, seperti pabrik, mall dan permukiman. Ketersediaan lahan potensial untuk perluasan areal tanaman pangan saat ini nyaris sudah tidak ada lagi. Saat ini, permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia pada sektor pertanian adalah tingginya tekanan terhadap sumber daya lahan karena terjadi peningkatan jumlah penduduk sekitar 1,34 persen per tahun, sementara luas lahan pertanian relatif tetap. Bila hal ini tidak segera diatasi, bangsa Indonesia juga akan sulit melepaskan diri dari ketergantungan pada pasokan pangan dari luar (impor).

Ketergantungan impor pangan bangsa Indonesia terhadap negara lain sangat tinggi. Saat ini, bangsa Indonesia masih harus mengimpor gula mencapai 30 persen dari kebutuhan nasional. Selain itu Indonesia juga harus mengimpor sekitar 600.000 ekor sapi atau 25 persen dari total konsumsi daging sapi nasional. Begitu pula dengan garam, Kita mengimpor rata-rata satu juta ton garam per tahun yang merupakan 50 persen dari kebutuhan garam nasional. Impor pangan yang meningkat ini akan memperlemah pekonomian bangsa Indonesia karena devisa yang susah payah diperoleh dibelanjakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif yang sebenarnya dapat diproduksi sendiri. Selain masalah ketersediaan pangan, tantangan terbesar bangsa Indonesia dalam bidang pertanian adalan peningkatan kualitas pangan rakyat. Hal ini dinilai penting karena kualitas pangan dari Indonesia relatif kurang baik. Padahal, kualitas pangan tersebut sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia baik secara fisik dan kecerdasan karena memenuhi standar gizi. Tidak akan ada perbaikan kualitas SDM negara ini tanpa perbaikan gizi masyarakatnya.

Masalah bidang produksi pangan lainnya yakni sentral produksi pangan hanya didaerah tertentu hampir 60% dari produksi pangan Indonesia berasal dari jawa dengan 40 % diantaranya di Jawa Timur, Sebuah provinsi di jawa yang luasnya hanya 2,5% dari luas dartan Indonesia dan dengan jumlah penduduknya 14,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Pemusatan produksi menimbullkan berbagai kerumitan dalam pemasaran dan distribusi pangan, mengingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan 3000 pulau yang didiami penduduk. Masalah lain yang dihadapi keadaan geografis seperti terbatasnya persediaan sarana dan prasarana perhubungan.

Selain itu, produksi pangan masih tergantung pada musim. Pada musim penghujan hasil panen akan tinggi atau meningkat sedangkan pada musim kemarau hasil penen menurun. Produksi pangan di Indonesia selain tidak merata menurut tempat, tetapi juga tidak merata menurut waktu. Dilihat dari segi distribusi hampir 70% dari produksi pangan dari biji-bijian dipanen pada periode januari sampai juni. Tampaklah bahwa tekanan terhadap distribusi pangan mempunyai banyak kendala tambahan, di mana keadaan ini sudah tentu akan banyak berpengaruh terhadap harga yang diterima petani maupun harga yang harus dibayar konsumen. Dalam hal ini petani sering tidak diuntungkan dengan tidak mampunya pemerintah untuk memprediksi dan menanggulangi hujan deras yang berakibat pada terendamnya tanaman pangan petani, bahkan beberapa tanaman tersebut sudah siap panen. Walaupun pemerintah sudah menetapkan harga dasar komoditas pertanian tertentu, tetapi sering kali pemerintah lamban dalam mengantisipasi kecenderungan penurunan harga komoditas pertanian. Di Negara – Negara maju petani disubsidi oleh pemerintah agar petani dapat menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat.

Di sisi lain produksi pangan bersifat fluktuasi, sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, gangguan hama, penyakit dan gangguan alam. Dilain pihak konsumsi pangan cenderung meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk dan kenaiakan pendapatan.

Tinggalkan komentar